Seorang salaf bertutur, "Disebuah gunung kulihat seorang lelaki berkulit kekuning-kuningan, bermata cekung dan tubuhnya selalu gemetar, namun tidak terlihat merasa takut dan gelisah, sedangkan air matanya berjatuhan.
"siapa engkau?" tanyaku.
"saya seorang budak yang lari dari tuannya".
"tidakkah lebih baik engkau kembali dan minta maaf?"
"minta maaf itu harus beralasan," ia berhenti sejenak, "sebab mana mungkin seorang yang culas seperti aku meminta maaf."
"kalau begitu aku carikan orang lain untuk menolongmu."
"mereka semua takut kepadanya."
"Siapa Dia?" tanyaku heran.
"Seorang yang telah memeliharaku sejak aku kecil hingga dewasa, tapi aku berbuat durhaka kepadanya. aku melanggar perintahnya. ia telah menanggung dan menjamin hidupku dengan segala anugerah dan kebaikannya, namun aku berkhianat dan zalim, padahal ia selalu melihat dan mengawasi setiap gerak dan kelakuanku."
"wahai betapa malunya aku. dia telah berbuat baik kepadaku, tapi aku... oh, betapa buruk perbuatanku."
"dimana tuanmu itu?" tanyaku makin penasaran.
"kemana saja kau menghadap dan dimana saja kau berada, akan kau temui para penolong dan pendukungnya. dibumi mana saja kakimu berpijak, kau berada di negerinya."
"kendalikan dirimu karena boleh jadi rasa takut dan was-was mu itu membakar jiwamu." kataku.
"terbakar dengan api rasa takut kepadanya, yang mudah-mudahan ia meridhai, adalah lebih baik dan lebih utama." ia lalu menyenandungkan syair :
" RASA TAKUT KEPADA MU TIDAK PERNAH MENYISAKAN AIR MATA DAN KETABAHAN JIWA DAN TIDAK LAH RAGU DENGAN BEGITU AKU ADALAH BANGKAI YANG KEJANG KAKU SEORANG HAMBA YANG DATANG DENGAN LEMAH LUNGLAI PENUH PENGAKUAN DAN PENYESALAN SEMENTARA API NYA MEMBAKAR OTOT-OTOT DAN HATI BETAPA AMAT SEMPIT LORONG PERJALANAN HIDUPNYA DI ALAM DUNIA LANTARAN TAKUT MAKA ANUGERAHILAH IA CINTA KASIH LEMBUTMU BILA ESOK IA DATANG MENJUMPAIMU."
Maka aku berkata, "wahai sahabat, perkara itu lebih mudah dan ringan dari pada apa yang kau sangka."
Ia menjawab, "inilah suatu fitnah besar, ucapnya berbahaya orang-orang yang menganggur dan main-main. anugerahilah ia. moga-moga ia dimaafkan dan diselamatkan. di manakah tapak-tapak ke ikhlasan dan ke taatan." Ia Lalu Menjerit dan mati.
ketika itulah, keluar dari balik gua gunung itu, seorang perempuan tua dengan pakaian koyak-koyak dan lusuh.
"siapakah orang yang mau membantu seseorang yang nelangsa dan kebingungan." kata nya.
"wahai perempuan hamba Allah. kau ajak dia menuju suatu pengharapan?."
"harapan tanpa disertai ketaatan dan ketundukkan adalah suatu kemusyrikkan."
"Siapakah anda?." tanyaku.
"aku adalah ibunya"
"aku akan disini membantumu." kataku.
"biarlah, lepaskan ia dalam keadaan terhina seperti ini, dihadapan zat yang mematikannya. semoga ia akan memandangnya dengan pandangan rahmatnya sehingga ia meridhainya."
Maka aku tidak mengerti. dalam hal apa aku takjub: dari kejujuran lelaki itu dalam takwanya kepada Allah atau dari kebaikan dan kebenaran ucapan perempuan tua itu. wallahu a'lam.
Sumber :
Diterjemahkan dari Multaqath Al-Hikayat
karya Ibnu Al-Jauzi,
Terbitan Dar Ihya' Al-Kutub Al-'Arabiyah, Mesir Tanpa Tahun.
Penerjemah : Nabhani Idris
Penyunting : Abdi Mahastyo Suherman
Cetakan 1, Dzulhijjah 1407/juli 1987
Cetakan 2, Dzulqaidah 1409/juli 1989
Cetakan 3, Rabi'ul Awwal 1411/oktober 1990
Cetakan 4, Rabi'ul Awwal 1412/september 1991
Cetakan 5, Syawal 1412/april 1992
Cetakan 6, Rajab 1413/januari 1993
Diterbitkan Oleh Penerbit Al- Bayan (Kelompok Penerbit Mizan)
Jl.Yodkali 16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 - Fax. (022) 707038
Desain Sampul: Gus Ballon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar