Senin, 06 November 2017

ORANG TERKEMUKA DALAM SEJARAH KALIMANTAN

                      DEMANG LEHMAN

  Salah seorang pahlawan rakyat kalimantan yang mengalami nasib seperti kapitan pattimura dari maluku, yaitu mati ditiang gantungan, ialah Demang Lehman. Perjuangannya yang gigih membela Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari pada pertengahan abad ke XIX itu, membuat namanya tidak pernah dilupakan oleh rakyat kalimantan. Terutama kata-kata ucapannya yang terakhir, bahwa : "tanah banjar harus disirami dengan darah dan air mata, demi untuk mengusir penjajah belanda", sampai sekarang ucapan itu masih tetap berkeras dan tidak akan hilang dari hati sanubari rakyat didaerah ini.

ASAL-USULNYA

  Demang Lehman dilahirkan sekitar tahun 1824 dikampung Riam-Kanan, Karang Intan, Martapura. Siapa nama orang tua nya belum diketahui dengan pasti. Tetapi menurut penuturan orang-orang tua, ayah nya berasal dari penduduk orang kampung Pakacangan di Amuntai, dan ibunya wanita dari karang intan.
  Sejak kecil ia dipanggikan dengan nama : IDIS. Tapi semenjak itu pula telah tampak sifat-sifat keberanian dan kecakapannya yang melebihi dari anak-anak teman sekampungnya.
  Dalam usia yang sangat muda, IDIS ini telah berhasil diangkat sebagai "lalawangan" (CAMAT) di Karang Intan, dengan nama baru : DEMANG LEHMAN. Jabatan tersebut diberikan oleh Pangeran Hidayat pada saat pembrontakan sudah mulai berkobar. Dan sebagai pengukuhan atas pengangkatan tersebut Pangeran Hidayat memberikan sebilah keris "si-singkir" dan sepucuk tombak "si-kali belah" kepadanya. Demang Lehman pun diberikan gelar Kiai Adipati Mangku Negara.

PERJUANGANNYA

  Tatkala meletus pemberontakan melawan belanda, yaitu diwaktu Pangeran Antasari mengepung Benteng Pengaron pada tanggal 28 April 1859, waktu itulah Demang Lehman mula-mula menunjukkan keberaniannya yang luar biasa. Ia memimpin serangan dari jurusan Riam-Kiwa yang cukup menggoncang serdadu Belanda.
  Dua bulan kemudian Demang Lehman berhasil menyusup kedalam keraton martapura yang waktu itu sedang diduduki Belanda. Bersama-sama dengan pahlawan Haji Nasrun ia dapat membunuh serdadu-serdadu Belanda dan merebut kembali keraton tersebut. Dll.

WAFATNYA

  Seorang bangsawan Arab yang bernama Syarif Hamid, telah menjadi kaki tangan Belanda, dan ia berusaha akan menjebak Demang Lehman. Syarif Hamid telah meminta bantuan Suku Dayak dan mereka inilah yang berhasil menipu Demang Lehman.
  Lebih dahulu mereka usahakan untuk menghindarkan keris dan tombak pusakanya yang dianggap keramat itu. Pada pagi buta, Demang Lehman sehabis sholat shubuh dan tiada bersenjata itu, telah dikeroyok oleh orang banyak. Walaupun ia telah mengamuk dengan pukulan-pukulan pencak silatnya, tetapi akhirnya dapat juga ia ditangkap. Seluruh badannya di ikat dengan rantai dan dengan tubuh yang biru lebam karena pukulan, ia dibawa kekota.
  Dengan susah payah akhirnya ia dapat juga dibawa ke Martapura. Penguasa Belanda di Martapura telah menetapkan suatu hukuman padanya, yakni hukuman mati. Dosanya sebagai pemberontak yang melawan pemerintahan Belanda, rupanya tiada ampunan.
  Menjelang tiba hukumannya itu, Demang Lehman selalu bersikap tenang dan tak putus-putusnya sholat. Hari-hari terakhir dari hayatnya digunakannya untuk bertaubat dan bersujud kepada Tuhan.
  Sampai pada hari vonnisnya dijatuhkan, yaitu pada tgl 27 Februari 1864, ia pun dinaikanlah ketiang gantungan. Berduyun-duyun khalayak ramai menyaksikan hukuman kejam itu, yang dilakukan ditanah lapang Martapura.
  Disela-sela sedu sedan dan tangis rakyat yang menyaksikan peristiwa tersebut, orang masih sempat mendengar ucapan-seruan Demang Lehman yang terakhir, "Dangar, dangar barataan!!! Banua Banjar lamun kahada lakas dipalas kawan banyu mata darah, marikit dipingkuti Wolanda !".
(dengar, dengar semua!!! Daerah Banjar kalau tidak disiram dengan air mata dan darah, akan tetap terus dijajah Belanda).

SEKIAN DARI SAYA CERITA SEORANG TERKEMUKA DIKALIMANTAN SELATAN YANG KITA KENAL DEMANG LEHMAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar