Selasa, 14 November 2017

MSI (METODE-METODE DALAM STUDI ISLAM)

METODE-METODE DALAM STUDI ISLAM

OLEH KELOMPOK : 3
Muhammad Syahrawardi
Nur Muhammad Fahmi Abduh
Rahmad Maulidi
Muhamad Yasin

JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI/1 )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI
2017

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam merupkan sebuah sistem universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam Islam, segala hal yang menyangkut kebutuhan manusia, dipenuhi secara lengkap. Semuanya diarahkan agar manusia mampu menjalani kehidupan yang lebih baik dan manusiawi sesuai dengan kodrat kemanusiaannya (Hasan al-Banna, 1976: 2). Jika hal itu dilakukan, maka akan selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai sebuah sistem, Islam memiliki sumber ajaran yang lengkap, yakniAl-Quran dan Hadist dalam kehidupannya, maka ia tidak akan pernah tersesat selama-lamanya (HR. Muslim). Al-Quran, dipandang sebagai sumber ajaran dan sumber hukum Islam yang pertama dan utama, sedangkan hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Quran.
Ketika Al-Quran dan hadist dipahami dan dijadikan sebagai obyek kajian, maka muncullah penafsiran, pemahaman dan pemikiran. Demikian juga lahirlah berbagaijenis ilmu Islam yang kemudian disebut “Dirasah Islamiyah” atau Islamic Studies. Jika Al-Quran dan Hadist, dipahami dalam bentuk pengetahuan Islam, maka kebenarannya berubah menjadi relative, dan tidak lagi mutlak. Hal ini karena pemahaman, pemikiran dan penafsiran merupakan hasil upaya manusia dalam mendekati kebenaran yang dinyatakan dalam wahyu Allah (Al-Quran) dan sunnah Rasulullah Saw. Karena produk manusia maka hasilnya relatif bisa benar, tapi juga bisa salah. Bisa benar untuk waktu tertentu, tapi tidak untuk waktu yang lain.
Untuk memahami Al-Quran dan Hadist sebagai sumber ajaran Islam, maka diperlukan bebagai pendekatan dan metode studi Islam yang tepat, akurat dan responsible. Dengan demikian, diharapkan Islam sebagai sebuah sistem ajaran yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist, dapat dipahami secara komprehensif.




BAB II
PEMBAHASAN
Metode Dalam Studi Islam
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu method dan logos. Method berarti cara, kiat dan seluk yang berkaitan dengan upaya menyelesaikan sesuatu. Logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan wawasan. Metodologi berarti pengetahuan tentang metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian. Pendapat lain mengtakan bahwa metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode. Jadi, metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam penelitian.
Satu metode saja tidak bisa dipilih untuk mempelajari Islam, karena Islam adalah bukan agama yang monodimensi. Metode-metode ilmiah dalam segala cabang ilmu pengetahuan telah mengalami perubahan dalam perkembangan dan pendekatan-pendekatan telah ditemukan. Dalam penyelidikan tentang agama, jalan-jalan baru harus ditempuh dan metode-metode atau pendektan-pendekatan baru harus dipilih.
Metode Filologi
Kata filologi berasal dari bahasa Yunani Philologia yang berarti cinta kepada bahsa, karena huruf membentuk kata, kata membentuk kalimat, dan kalimat adalah inti dari bahasa. Filologi dipakai dalam arti pengkajian teks atau penelitian yang berdasarkan teks. Metode filologi merupakan metode penelitian berdasarkan analisis teks. Istilah filologi berarti suatu metode yang mempelajari dan meneliti naskah-naskah lama untuk mengerti apa yang terdapat didalamnya sehingga diketahui latar belaang kebudayaan masyarakat yang melahirkan naskah-naskah itu.
Seorang tokoh Islam tenama, Muhammad Arkoun (1994:9) mengemukakan bahwa, “filologi” merupakan kata Yunaniyang secara harfiah berati kesukaan akan kata, dipakai dalam arti pengkajian teks atau penelitian yang berdasarkan teks. Misalnya, dalam bidang ilmu kesusastraan atau ilmu sejarah. Metode filologis adalah metode penelitian berdasarkan analisis teks. Jadi, istilah filologi berarti suatu metode yang mempelajari dan meneliti naskah-naskah lama untuk mengerti apa yang terdapat di dalamnya sehingga diketahui latar belakang kebudayaan masyarakat yang melahirkan naskah-naskah itu.
Metode ini digunakan jika sumber atau data berupa naskah atau manusktrip. Hal ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara cermat pemikiran-pemikiran yang terdapat dalam naskah tersebut melalui analisis kosa kata yang digunakan, nuansa-nuansa yang ada di dalamnya sehingga dapat terhindar dari kesalah pahaman pemikiran.
Metode Deskriptif
Deskriptif memiliki arti uraian apa adanya yang berasal dari suatu tempat atau tokoh sebuah peristiwa. Bisa juga berasal dari seorang tokoh yang menyangkut pemikirannya. Metode ini digunakan untuk mengangkat pemikiran yang diteliti. Karena tujuannya inilah, maka yang dilakukan hanya menggunakan pemikiran pengarang.
Metode ini digunakan jika peneliti ingin mengangkat sosok pemikiran yang diteliti. Karena tujuannya yang seperti itu, maka yang dilakukan hanya menggunakan pemikiran pengarang dengan cara menjelaskan dan menghubugkan secara cermat data dalam bentuk-bentuk penyataan dan rumusan-rumusan pendapat. Selanjutnya, jika penelitian ingin diperdalam pada implikasi-implikasi logis maupun emperik, maka dilakukan analisis rasional kosa kata atau sosial empirik.
Metode Komparatif
Komparatif artinya perbandingan antara yang satu dengan yang lainnya. Metode perbandingan dimaksudkan untuk menemukan tipe, corak atau kategori suatu pemikiran, kemudian memposisikannya dalam peta pemikiran secara umum.
Yang dilakukan dalam metode pebandingan adalah, pertama-tama mengemukakan teori induk yang menggambarkan tipologi atau aliran-aliran pemikiran dengan berbagai indikatornya. Teori ini kemudian digunakan untuk mendeduksi pemikiran dengan berbagai indikatornya. Teori ini kemudian digunakan untuk mendeduksi pemikiran yang telah direkontruksi (dibangun kembali).
Metode Hermeneutika
Metode hermeneutika dimaksudkan untuk menemukan hubungan pemikiran yang diteliti dengan gejala-gejala sosial yang ada. Hermeneutik adalah studi tentang prinsip-prinsip metodologi interpretasi dan eksplanasi khususnya kajian tentang prinsip-prinsip umum interpretasi kitab suci. Teks bukan sebuah warisan yang hanya bermakna saat dijabarkan secara harfiyah, tetapi sebuah proses pemaknaan yang amat mengandaikan subjek sebagai perespons  dan konteks sosial yang melingkupinya.
Penerepan hermeneutik cukup luas pada ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti sejarah, agama, filsafat, seni, sastra dan lain sebagainya. Disiplin ilmu yang pertama yang banyak menggunakan hermeneutik adalah ilmu tafsir kitab suci. Sebab semua karya yang mendapatkan inspirasi Ilahi Al-Quran supaya dapat dimengerti memerulkan interpretasi atau hermeneutik. Teks sejarah yang ditulis dalam bahasa yang rumit yang beberapa abad tidak dipedulikan oleh para pembacanya, tidak dapat dipahami dalam kurun waktu seseorang tanpa penafsiran yang benar. Istilah-istilah yang dipakai mungkin ada kesamaannya, tetapi arti atau makna istilah-istilah itu bisa berada.
Contoh dari penggunaan hermeneutik dalam kajian Islam adalah dalam tulisan yang berjudul Memahami Matan Hadis lewat Pendekatan Hemeneutik (Stud Hadis tentang Amalan Utama, Larangan Wanita Pergi Sendirian, Larangan Melukis). Dalam perspektif ini, hadis bagaiakan cermin yang sanggup memantulkan berbagai wajah dengan orang yang datang bercermin atau berdialog dengannya. Artinya sebuah matan hadis tidak mesti dipahami dalam bentukpemahaman yang monolitik, seragam dan given dari varian mazhab-mazhab yang ada. Penafsiran dan pemaknaan yang muncul dari sebuah hadis sangat dipengaruhi oleh alam pikiran, budaya, dan bahasa pihak pembacanya. Pemahaman dan penafsiran hadis yang bersifat multi dimensi, pluralistic dan memiliki fusion of horizon bagi pembaca yang hidup pada zaman yang bebeda, tentunya melahirkan penafsiran yang berbeda pula.
Metode Fenomenologi
Metode fenomenologi digunakan untuk mancari hubungan-hubungan pemikiran dengan kondisi-kondisi sosial yang ada sebelum dan sesudah pemikiran itu muncul. Metode fenomenologi merupakan metode yang didasari oleh filsafat fenomenologi, yaitu mengajarkan pada pentingnya melihat gejala yang tampak dari sebuah entitas untuk menafsirkan alam pemikiran yang berkembang dalam entitas tersebut. Jika fenomenologi digunakan dalam mengkaji Islam berarti seorang peneliti memahami dan menganalisis Islam bukan atas dasar nilai-nilai yang tertuang dalam teks yang bersifat normatif, namun bagaimana seorang peneliti memahami dan menganalisis Islam berdasarkan apa yang dipahami dan diamalkan oleh umatnya.
Metode fenomenologi jika diterapkan pada wilayah keagamaan, terlalu menekankan hal-hal yang abstrak sehingga kurang mempunyai kerangka etispragmatis, seperti teologi. Karena itu, dalam wacana studi keislaman, pendekatan ini harus dikompromikan. Hubungan antara keduanya dapat diumpamakan seperti pure sciences (fenomenologi) dan applied sciences (teologi), sehingga keduanya bisa saling mengisi dan memperkuat.
Dengan demikian Islam dipahami bukan dari sumber ajaran atau doktrin berupa Al-Quran dan Sunnah, tapi Islam dipahami dari praktek yang ditampilkan oleh penganutnya.
Metode Mistikal
Metode mistikal merupakan metode memehami Islam dari perspektif mistik. Mistik identik dengan hal-hal yang supranatural, irrasional, tetapi empiric. Ini menjadi sebuah demensi yang menarik. Ternyata dalam Islam, tidak aspek realitas logis empiris yang harus dofahami, tetapi juga adanya aspek mistikal-supranatural yang juga harus dikaji. Tentu saja tidak mengunakan kaidah-kaidah ilmiah yang logis-rasional, empiris, tetapi mengunakan kaidah mistik, yang paradigmanya berbeda dengan paradigma sins-ilmiah.
Dalam hal ini, misalnya kita bisa memahami adalah dalam memahami mukjizat yang diberikan Allah untuk para Nabi & Rasul. Nabi Ibrahim dibakar di tengah bara api yang besar tetapi tidak hangus, Nabi Musa bisa mengubah tongkatnya menjadi ular, Nabi Muhammad Saw. Melemparkan pasir ke arah kaum kafir Quraisy sehingga mereka tertidur pulas, ketika beliau akan hijrah ke Madinah. Begitu juga dengan contoh lain. Hal ini bisa dipahami melalui metode mistik, meskipun hal ini bagian dari Mukjizat.
Metode Holistik
Metode holistik merupakan gambaran dari beberapa metode yang dimaksudkan untuk melihat semua aspek yang terdapat dalam suatu pemikiran. Cara berpikir deduktif digunakan untuk membuat tipologi, pebandingan digunakan untuk melihat pengaruh-pengaruh, dan hermeneutika digunakan untuk menemukan hubungan pemikiran dengan gejala-gejala sosial yang ada, sehingga pemahaman tentang Islam akan semakin integral dan komprehensif.
Dengan metode holistik (menyeluruh) tentang Islam, maka Islam sebagai ajaran yang universal dapat dipahami secara utuh dan integral melalui pendekatan dan metode yang akurat, sesuai dan tepat. Hal ini juga untuk menghindari dari pemahaman yang parsial (sepotong-potong), tidak utuh, tidak sistematis, dan tidak universal.
Metode Filsafat
Metode filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universa ldengan meneliti akar permasalahannya. Metode ini bersifst mendasar dengan cara radikal dan integral, karena memperbincangkan sesuatu dari segi esensi (hakikat sesuatu). Harun Nasution (1979:36) mengemukakan bahwa befeilsfat intinya adalah berfikir secara mendalam, seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, tidak terikat kepada apapun, sehingga sampai kepada dasar segala dasar.
Filsafat adalah suatu cabang ilmu pengethuan yang membahas segala sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan sedalam-dalamnya, sejauh di dalam jangkauan kemampuan akal budi manusi. Hubungan/ikatan filsafat dengan agama adalah kedua-duanya mencari kebenaran yang sedalam-dalamnya. Bedanya filsfat dengan akal budi manusia, sedangkan agama berdasarkan kepada kepercayaan (wahyu).
Untuk mencari kebenaran, diperlukan pendekatan dan metode ilmiah. Pendekatan ialah suatu sikap ilmiah (persepsi) dan seseorang yang harus ditunjukkan untuk menemukan kebenaran ilmiah yang hendak dicapai. Sedangkan metode adalah sarana, atau cara untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Pendekatan dan metode erat hubungannya. Pendekatan bersifat umum. Dalam suatu pendekatan tertetu dapat dipergunakan bemacam-macam metode. Filsafat menggunakan menggunakan pendekatan yang bersifat rsdikal, kritis reflektif, dan integratif.
Adapun metode khusus yang lazim dipakai dalam filsafat, diantaranya adalah sebagai berikut:
Metode Socrtes
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat menimbulkan pertanyaan berikutnya dan jawabannya sekali. Semacam dialog secara kritis, si penanya menemukan jawaban sendiri.
Metode Dialektis
Metode ini sudah dipakai sejak Aristoteles. Suatu metode dengan proses dialektika. Menurut Aristotele, dialektika  merupakan pemikiran yang logis. Sekarang dialektika dipakai oleh Hagel dalam berfikir/pemikran bertahap melalui trilogy yakni these-anti these-synthesa.
Metode Fenomenologi
Metode ini terkenal diepergunakan dalam filsafat dan sosiologi. Metode ini bertitik tolak dari fenomena-fenomena, dan berusaha menemukan inti/hakikat yang ditujukan melalui fenomena-fenomena tersebu  (Abuy Sodikin, 200:10-11).


















BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Metode adalah suatu ilmu yang memberi penjelasan tentang sistem dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.
Metodologi berarti ilmu tentang cara-cara untuk sampai pada tujuan.
Metodologi dalam hal pemahaman Islam digunakan untuk mengetahui metode-metode yang tepat agar dapat diperoleh hasil yang utuh dan objektif dalam pemahaman Islam.
Ada beberapa metode yang dipakai dalam studi Islam, seperti:
Metode Filologi
Metode Deskriptif
Metode Komparatif
Metode Hermeneutik
Metode Fenomenologi
Metode Mistikal
Metode Filsafat







DAFTAR  PUSTAKA

-Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag, Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017
-KHOIRIYAH, Memahami Studi Islam: Suatu Konsep tentang Seluk Beluk Pemahaman Ajaran Islam, Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dan Studi Ilsam, Yogyakarta: Teras
-http://wwwhufron.blogspot.co.id/2015/03/metode-metode-dalam-memahami
ajaran.html?m=1 ( di akses tanggal 25 september 2017 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar