Selasa, 14 November 2017

MSI (METODOLOGI STUDI FILSAFAT ISLAM)

METOLODOGI STUDI FILSAFAT ISLAM

Di susun oleh:
Jainudin
Karni
Khalilurrahman
Lukman Hakim

Jurusan: PENDIDIKAN AGAMA ISLAN
Semester: I (Satu)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
RASYIDIYAH SKHALIDIYAH AMUNTAI 
TAHUN AKADEMIK 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN
            Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan  pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan mereka yang bersifat tradisional berpegang teguh pada doktrin ajaran Al-Qur’an dan Hadist secara tekstual, sehingga mereka menolak pemikiran filsafat Islam.
            Dengan mengkaji metodologi penelitian  filsafat yang dilakukan para ahli, maka kita dapat meraih kembali kejayaan Islam dibidang ilmu pengetahuan yang pernah dialami pada zaman klasik. Hal ini sangat penting untuk menghadapi tantangan zaman era globalisasi yang semakin berat.
Islam adalah sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, Islam meyakini agama-agama terdahulu, bahkan keberadaan agama Kristen dan agama Yahudi dibahas dalam kitab suci agama Islam, Islam menolak penuhanan apapun selain daripada Allah. Bahkan Muhammad saw sekalipun menolak penuhanan atas dirinya, sebagai agama terakhir di muka bumi maka Nabi Muhammad saw dianggap sebagai Nabi yang terakhir pula. Itulah sebabnya apabila ada orang yang mengaku menjadi nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad saw maka akan segera dikafirkan.
Secara etimologi dalam Bahasa Arab, kata Islam berasal dari kataaslama yang berarti berserah diri, maksudnya menyerahkan diri kepada Allah. Namun kemudian berserah diri tersebut dalam Al-Qur’an harus diseimbangkan dengan perjuangan secara optimal.


BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Filsafat Islam
Kata Arab ”falsafah” dipinjam dari kata Yunani yang sangat terkenal, ”philosophia”, yang berarti kecintaan kepada kebenaran (wisdom). Dengan sedikit perubahan, kata ”falsafah” itu di Indonesia-kan menjadi ”filsafat” atau, akhir-akhir ini, juga ”filosofi” (karena adanya pengaruh ucapan Inggris, ”philosophy”. Dalam ungkapan Arabnya yang lebih ”asli”, cabang ilmu tradisional Islam ini disebut ’’ulum al-hikmah atau secara singkat ”al-hikmah” (padanan kata Yunani ”Sophia”), yang artinya ialah ”kebijaksanaan” atau, lebih tepat lagi, ”kawicaksanaan” (Jawa) atau ”wisdom” (Inggris). Maka ”failasuf” (ambilan dari kata Yunani ”philosophos”, pelaku filsafat), disebut juga ”al-hakim” (ahli hikmah atau orang bijaksana), dengan bentuk jamak ”al-hukama”.
Dari sepintas riwayat kata ”falsafah” itu kiranya menjadi jelas bahwa disiplin ilmu keislaman ini, meskipun memiliki dasar yang kokoh dalam sumber-sumber ajaran Islam sendiri, banyak mengandung unsur-unsur dari luar, yaitu terutama Hellenisme atau dunia pemikiran Yunani. Di sinilah pangkal kontroversi yang ada sekitar falsafah: sampai dimana agama Islam mengizinkan adanya masukan dari luar, khususnya jika datang dari kalangan yang tidak saja bukan ”ahl al-kitab” seperti Yahudi dan Kristen, tetapi malahan dari orang-orang Yunani kuno yang ”pagan” atau musyrik (penyembah bintang). Sesungguhnya beberapa ’ulama’ ortodoks, seperti Ibn Taymiyyah dan Jalal al-Din alSuyuthi (salah seorang pengarang tafsir Jalalayn), menunjuk kemusyrikan orang-orang Yunani itu sebagai salah satu alasan keberatan mereka terhadap falsafah. 
Menurut Musa Asy’ari Filsafat Islam adalah adalah proses dialektika antara pemikiran filsafat Islam dengan perkembangan jaman secara terus menerus. Filsafat Islam adalah kegiatan pemikiran yang bercorak islami. Islam di sini menjadi jiwa yang mewarnai suatu corak pemikiran. Menurut Amin Abdullah filsafat Islam adalah rumusan pemikiran muslim yang ditempeli oleh konsep filsafat Yunani melalui proses panjang asimilasi dan akulturasi budaya. Sedangkan menurut Darmajati Supadjar filsafat Islam adalah filsafat tentang Islam. Jadi Islam yang menjadi objek penelaahan.
B.Ciri Ciri Filsafat Islam
Ciri ciri filsafat islam ada 5 yaitu:
1.  Dilihat dari sifat dan coraknya filsafat Islam berdasar pada ajaran Islam yang bersumber lima ciri filsafat Islam yaitu:
dari al-Qur’an dan Sunnah.
2.  Dilihat dari segi ruang lingkupnya meliputi kosmologi, metafisika, kehidupan di dunia, kehidupan di akherat.
3.  Dari segi datangnya, filsafat Islam datang sesuai dengan perkembangan Islam itu sendiri yang memerlukan penjelasan rasional dan filosofis
4.  Filsafat Islam disajikan oleh orang-orang yang beragama Islam
5.  Dari segi kedudukannya sejajar dengan bidang keilmuan lain seperti fikih, ilmu kalam,
Filsafat Islam adalah pekembangan pemikiran umat islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia dan alam semesta yang disinari ajaran Islam. Adapun definisinya secara khusus seperti apa yang dikemukakan penulis Islam sebagai berikut:
1.  Ibrahim Madkur, filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
2.  Ahmad Fu’ad Al-Ahwaniy, filsafat Islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran Islam.
3.  Muhammad ’Athif Al-’Iraqy,filsafat Islam secara umum didalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh intelektual Islam. Pengertiannya secara khusus, ialah pokok - pokok atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof muslim.


C.Perkembangan Filsafat
Awal mula pertumbuhan tradisi pemikiran filsafat di  dalam khazanah intelektual islam secara historis dilatarbelakangi oleh adanya interaksi, asimilasi dan akulturasi dua kebudayaan besar yang satu berasal dari tradisi semitik, dan yang lain dari tradisi hellenistik.Falsafah tumbuh sebagai hasil interaksi intelektual antara bangsa Arab Muslim dengan bangsa-bangsa sekitarnya. Khususnya interaksi mereka dengan bangsa-bangsa yang ada di sebelah utara jazirah arabia, yaitu bangsa-bangsa Syiria,Mesir, dan Persia.
Interaksi itu berlangsung setelah adanya pembebasan-pembebasan (al-futuhat) atas daerah-daerah tersebut segera setelah nabi SAW wafat, di bawah para khalifah.Daerah-daerah yang segera di bebaskan oleh orang-orang muslim itu adalah daerah-daerah yang telah lama Hellenisasi. Lebih dari itu,kecuali Persia, daerah-daerah yang kemudian menjadi pusat-pusat peradaban islam itu adalah daerah-daerah yang telah terlebih dahulu mengalami Kristenisasi. Bahkan sebenarnya daerah-daerah islam sampai sekarang ini, sejak dari Iraq di timur sampai ke Spanyol di barat, adalah praktis bekas daerah agama Kristen, termasuk heartland-nya, yaitu Palestina. Daerah-daerah itu, di bawah kekuasaan pemerintahan orang-orang Muslim, selanjutnya memang mengalami proses Islamisasi. Tetapi proses itu berjalan dalam jangka waktu yang panjang, selama berabad-abad, dan secara damai. Bahkan daerah-daerah Kristen itu tidak hanya mengalami proses Islamisasi, tetapi juga Arabisasi, di samping adanya daerah-daerah yang memang sejak jauh sebelum Islam secara asli merupakan daerah suku Arab tertentu seperti Lebanon(keturunan suku Ghassan yang Kristen).
Filsafat islam telah berkembang melalui beberapa fase. fase pertama adalah fase penerjemahan bagian-bagian yang menarik dari filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Fase kedua adalah penerjemahan secara sistematis buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab dan berkembangan dengan pesat pada zaman al ma’mun. Pada fase ketiga muncullah filosof-filosof besar seperti Al-Kindi,Al-Farabi,Al-Ghajali,Ibn Maskawih,Ibn Majjah,Ibn Thufail,Ibn Ruysd. 


D.Metode Studi Filsafat Islam
Metode dan Pendekatan Sejarah dalam Studi Islam Jika disepakati bahwa Studi Islam(Islamic Studies)menjadi disiplinilmu tersendiri. Maka telebih dahulu harus di bedakan antarakenyataan, pengetahuan, dan ilmu.Setidaknya ada dua kenyataan yang dijumpai dalam hidup ini. Pertama, kenyataan yang disepakati(agreed reality),yaitu segala sesuatu yang dianggap nyata karena kita bersepakat menetapkannya sebagai kenyataan; kenyataan yang dialami orang lain dan kita akui sebagai kenyataan. Kedua, kenyataan yang didasarkan atas pengalaman kita sendiri (experienced reality). Berdasarkan adanya dua jenis kenyataan itu, pegetahuan pun terbagi menjadi dua macam; pengetahuan yang diperoleh melalui persetujuan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung atau observasi. Pengetahuan pertama diperoleh dengan cara mempercayai apa yang dikatakan orang lain karena kita tidak belajar segala sesuatu melalui pengalaman kita sendiri.
Bagaimanapun beragamnya pengetahuan, tetapi ada satu hal yang meti di ingat, bahwa setiap tipe pengetahuan mengajukkan tuntutan (claim) agar orang membangun apa yang diketahui menjadi sesuatu yang sahih dan benar.
Metode terbaik untuk memperoleh pengetahuan adalah metode ilmiah (scientific method).Untuk memahami metode ini terlebih dahulu harus dipahami pengertian ilmu. Ilmu dalam arti science dapat dibedakan dengan ilmu dalam arti pengetahuan(knowledge).Ilmu adalah pengetahuan yang sistematik. Ilmu mengawali penjelajahannya dari pengalaman manusia dan berhenti pada batas penglaman itu. Ilmu dalam pengertian ini tidak mempelajari ihwal surga maupun neraka karena keduanya berada diluar jangkauan pengalaman manusia. Demikian juga mengenai keadaan sebelum dan sesudah mati, tidak menjadi obyek penjelajahan ilmu. Hal-hal seperti ini menjadi kajian agama. Namun demikian, pengetahuan agama yang telah tersusun secara sistematik, struktur, dan berdisiplin,ndapat juga dinyatakan sebagai ilmu agama.


Diantara metodi ialam yang pernah ada dalam sejarah, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya. Dengan cara yang demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang obyektif dan utuh. Kedua metode sintesis, yaitu suatu caramemahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, obyektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normative. Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang nampak dalam kenyataan histories, empiris, dan sosiologis. Sedangkan metode teologis normative digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode teologis normative ini seseorang memulainya dari meyakini Islam sebagai agama agama yang mutlak benar. Hal ini di dasarkan kerena agama berasal dari Tuhan, dan apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar, maka agama pun mutlak. Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal.
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Isla itu suatu saat mungkin dipandang cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru yang harus terus digali oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian, pendekatan-pendekatan (approaches)ini tentu saja mengandung arti satuan dari teori, metode, dan teknik penelitian. Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam memahami agama. Diantaranya adalah pendekatan teologis normative, antropologis, sosiologis, psikologis, histories, kebudayaan, dan pendekatan filodofis. Adapun pendekatan yang dimaksud di sini (bukan dalam konteks penelitian), adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat, menandasakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu tidak ada persoalan apakah peneliti agama itu penelitian sosial, pnelitian filosof, atau penelitian legalistic.


E.Model-Model Penelitian Filsafah Islam
Di bawah ini disajikan berbagai model penelitian filsafat islam yang dilakukan para ahli dengan tujuan untuk dijadikan bahan perbandingan bagi pengembangan filsafat islam selanjutnya.
Model M.Amin Abdullah
Dalam rangka penulisan desertasinya, M. Amin Abdullah mengambil bidang penelitiannya pada masalah filsafat islam. Hasil peneliannya ia tuangkan ke dalam bukunya yang berjudul The Idea Of University Ethical Norm In Ghazali an Kant. Penelitian ini mengambil metode penelitian kerpustakaan yang bercorak deskriftif, yaitu penelitian yaitu bahan-bahan kajiannya pada berbagai sumber baik yang ditulis oleh tokoh yang diteliti sendiri (sumber primer), maupun sumber yang ditulis oleh orang lain mengenai tokoh yang ditelitinya itu (sumber sekunder). Bahan-bahan tersebut selanjutnya diteliti koetentikannya secara seksama; diklasifikasikan menurut variable yang ingin ditelitinya, dalam hal ini masalah etik; dibandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya.
Selanjutnya, dilihat dari segi pendekatan yang digunakan, M.Amin Abdullah kelihatannya mengambil pendekatan studi tokoh dengaan cara melakukan studi komparasi  antara pemikiran kedua tokoh tersebut (Al-Ghazali dan Emmanuel Kant), khususnya dalam bidang etika.
Model Otto Horrassowaitz
Dalam bukunya berjudul  History Of Muslim Philoshofy,telah melakkukan penelitian terhadap seluruh pemikiran filsafat islam yang berasal dari tokoh-tokoh filosof klasik, yaitu Al-Kindi, Al Razi, Al Farabi, Ibn Maskawih, Ibn Sina, Ibn Majjah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd dan Nasit Al-Din Al-Tusi.
Model Ahmad Fuad Al-Nahlawi
Beliau termasuk pemikir modern dari mesir yang banyak mengkaji dan meneliti  bidang filsafah islam. Salah satu karyanya dalam bidang filsafat berjudul filsafat islam. Dalam bukunya ini ia selain menyajikan sekitar problem filsafat menyajikan tentang zaman penerjamahan, dan filsafat berkembang dikawasan Masyriqi dan Maghribi.
Di kawasan Masyriqil ia kemukakan nama Al Kindi, Al Farabi, dan Ibn Sina.Sedangkan di kawasan Maghribiia kemukakan Ibn Majjah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd. Selain mengemukakan riwayat hidup serta karya dari masing-masing tokoh filosof tersebut, dikemukakan tentang jasa dari masing-masing filosof tersebut serta pemikirannya dalam bidang filsafat.
Dengan demikian, metode penelitian yang ditempuh Ahmad Fuad Al-Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian dekriftif, kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersifat campuran,yaitu pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbulnya pemikiran filsafat dalam islam, sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosof menurut tempat tinggal mereka, dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya. 

BAB III
KESIMPULAN
Kata Arab ”falsafah” dipinjam dari kata Yunani yang sangat terkenal, ”philosophia”, yang berarti kecintaan kepada kebenaran (wisdom). Dengan sedikit perubahan, kata ”falsafah” itu di Indonesia-kan menjadi ”filsafat” atau, akhir-akhir ini, juga ”filosofi” (karena adanya pengaruh ucapan Inggris, ”philosophy”. Dalam ungkapan Arabnya yang lebih ”asli”, cabang ilmu tradisional Islam ini disebut ’’ulum al-hikmah atau secara singkat ”al-hikmah” (padanan kata Yunani ”Sophia”), yang artinya ialah ”kebijaksanaan” atau, lebih tepat lagi, ”kawicaksanaan” (Jawa) atau ”wisdom” (Inggris). Maka ”failasuf” (ambilan dari kata Yunani ”philosophos”, pelaku filsafat), disebut juga ”al-hakim” (ahli hikmah atau orang bijaksana), dengan bentuk jamak ”al-hukama”.
Menurut Musa Asy’ari Filsafat Islam adalah adalah proses dialektika antara pemikiran filsafat Islam dengan perkembangan jaman secara terus menerus. Filsafat Islam adalah kegiatan pemikiran yang bercorak islami. Islam di sini menjadi jiwa yang mewarnai suatu corak pemikiran. Menurut Amin Abdullah filsafat Islam adalah rumusan pemikiran muslim yang ditempeli oleh konsep filsafat Yunani melalui proses panjang asimilasi dan akulturasi budaya. Sedangkan menurut Darmajati Supadjar filsafat Islam adalah filsafat tentang Islam. Jadi Islam yang menjadi objek penelaahan.


DAFTAR PUSTAKA
Supiana. 2012. Metedologi Studi Islam, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Abuddin, Nata. 1998.  Metedologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Madjid, Nurcholish. 1992.  Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina.
Babbie, Earl. 1986. The Practice Of Social Research, California: Wadasworth Piblishing Co.
Abdullah, Taufik dan M Rusli Karim. 1990.  Metedologi penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar