Selasa, 14 November 2017

MSI (PENDEKATAN DALAM STUDI AGAMA)

PENDEKATAN DALAM STUDI AGAMA

Di susun oleh :

Rusdiansyah
Rahmatullah
Rizky Maulana
Riyanto

PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
RASYIDIYAH KHALIDIYAH (RAKHA)
AMUNTAI
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat Rahmat, Taufik, Hidayah serta Inayah Nyalah, kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas dari mata Kuliah Metodologi studi islam (MSI)
Makalah yang kami susun ini berjudul “Pendekatam Dalam Studi Agama” yang diharapkan dapat memberi pengetahuan yang lebih luas. Makalah ini memuat tentang Pendekatan di Dalam Memahami Agama
Seperti kata peribahasa “tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dalam melaksanakan tugas ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sehingga dengan kerendahan hati, kami sangat memerlukan kritik dan saran yang sekiranya dapat membangun kami di masa depan.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas kepercayaannya memberikan tugas ini kepada kami, selamat membaca dan semoga memberi manfaat kepada kita semua.
Amien Ya Rabbal ‘Alamien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama demikian itu dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normative dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Berkenaan dengan pemikiran di atas, maka dalam makalah ini pembaca akan diajak untuk mengkaji pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama. Hal demikian perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa  mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi.

Rumusan Masalah
Apa pengertian pendekatan-pendekatan tersebut?
Apa saja pendekatan dalam memahami agama?

Tujuan
Mengerti makna pendekatan-pendekatan dalam memahami agama
Mengetahui macam-macam pendekatan dalam memahami agama

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Pendekatan dalam Memahami Agama
          Adapun yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang se¬lanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik atau penelitian filosofis.

Pendekatan-Pendekatan di Dalam Memahami Agama
Dalam memahami ataupun mempelajari agama diperlukan beberapa cara atau pendekatan. Beberapa pendekatan terkait studi dalam memahami agama, antara lain :

Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normative dalam harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan lainnya. Amin Abdullah mengatakan, bahwa teologi sebagaimana kita ketahui, tidak bisa tidak pasti mengacu kepada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai pelaku bukan sebagai pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis.
Pendekatan teologi dalam studi agama adalah pendekatan iman untuk merumuskan kehendak Tuhan berupa wahyu yang disampaikan kepada para nabinya agar kehendak Tuhan dapat dipahami secara dinamis dalam konteks ruang dan waktu. Pendekatan teologi dalam studi agama disebut juga pendekatan normative dalam studi agama bertujuan untuk mencari kebenaran dari suatu ajaran agama atau dalam rangka menemukan pemahaman atau pemikiran keagamaan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan secara normative.
Dalam pendekatan teologi ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan. Tidak ada sedikitpun kekurangan dan tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk agama Islam misalnya, secara normative pasti benar. Menjunjung nilai luhur. Untuk bidang sosial, agama tampil menawarkan nilai kemanusian, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong-menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Untuk bidang ekonomi agama tampil menawarkan keadilan, kejujuran dan saling menguntungkan yang diketahui sama lain. Untuk bidang pengetahuan, agama tampil mendorong pemeluknya agar memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai keterampilan, keahlian dan sebagainya. Demikian untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, politik dan sebagainya agama tampil sangat ideal dan yang dibangun berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.

Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya untuk memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Cara-cara disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis.
Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaannya yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Dimana menurut Karl Marx (1818-1883) agama bisa disalahfungsikan oleh kalangan tertentu untuk melestarikan status peran tokoh-tokoh agama yang mendukung system kapitalisme di Eropa yang beragama Kristen. Lain halnya dengan Max Weber (1964-1920), dia melihat adanya korelasi positif antara ajaran protestan dengan munculnya semangat kapitalisme modern. Melalui pendekatan antropologi ini, dapat dilihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.
Pendekatan antropologis seperti itu diperlukan, sebab banyak berbagai hal yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis. Dalam Al-Qur’an Al-Karim, sebagai sumber utama ajaran Islam, misalnya kita memperoleh tentang kapal nabi Nuh di gunung Arafat, kisah ashabul kahfi yang bisa bertahan hidup tiga ratus tahun dalam goa. Dimana bangkai kapal itu, dan dimana keberadaan goa itu sekarang. Itu hal yang menakjubkan, ataukah itu hanya hal fiktif. Tentu masih banyak lagi contoh yang hanya dapat dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi.

Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang mengusai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya. Keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Di dalam ilmu ini juga dibahas tentang proses-proses sosial mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama manusia.
Dari dua definisi tersebut dilihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan stuktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling bersangkutan. Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam agama Islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa menjadi penguasa Mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun, itu salah satu contohnya. Peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit untuk pula dipahami maksudnya. Disinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama.
Pentingnya pendekatan sosiologi ini dalam memahami agama, ini mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu sosial alat untuk memahami agamanya. Dalam bukunya yang berjudul Islam alternatif, Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam terhadap masalah sosial, dengan menggunakan lima alasan sebagai berikut :
Pertama, dalam Al Quran atau kitab hadits, proporsi terbesar kedua sebagai sumber hukum Islam berkenaan dengan urusan muamalah.
Kedua, bahwa ditekankan masalah muamalah dalam Islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung bagi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan.
Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
Kelima, dalam istilah terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

Pendekatan Filosofis
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu, dan hikmah. Selain itu filsafat dapat diartikan pula mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Poerwadarminta mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas, hukum dan sebagainya terhadap segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti ’’adanya’’ sesuatu.
Pengertian falsafah yang umumya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Gazalba. Menurut filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formalnya. Filsafat mencari sesuatu mendasar, asas, inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah.
           Berpikir secara filosofis selajutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti ajaran agama dapat dimengerti secara saksama. Dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung di dalamnya. Dengan cara demikian ketika seseorang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan spritual yang dapat menimbulkan kesopanan. Semakin mampu menggali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap penghayatan dan daya spritualitas yang dimiliki seseorang. Melalui filosofis ini seseorang tidak akan terjebak pada pengamatan agama yang bersifat formalistik, yakni dengan mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti.

Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat kesejangan atau keselarasan antara yang terdapat alam idealis dengan yang ada di alam empiris atau historis.
Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-Qur’an, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan Al-Qur’an terbagi menjadi dua bagian, yang pertama, berisi konsep-konsep dan kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Dalam analisis ilmu pendidikan Islam dilihat dari latar belakang historis, yang berarti menempatkan sasaran analisis pada fakta-fakta sejarah umat Islam yang berawal dari Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasulullah Saw, sejak pengangkatan Muhammad SAW menjadi utusan Allah, tahap awal dari proses pendidikan Islam dimulai yaitu tahun ke 13 hijrah ke Madinah, pada waktu nabi berusia 40 tahun.
Selain itu, dengan pendekatan historis ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan tersesat dalam memahami agama keluar dari konteks historisnya. Seperti seseorang yang memahami agama Al-Qur’an secara benar mengenai kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an.

Pendekatan Kebudayaan
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal budi) dan sebagainya untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara itu, Sultan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah seluruh yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di dalam masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran, kita misalnya membaca kitab fiqh, maka fiqh yang merupakan pelaksanaan dari nash Al-Qur’an maupun hadits sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tengah. Demikian agama yang dalam bentuknya itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang dapat mengamalkan ajaran agama. Kita misalnya menjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat dan sebagainya. Dalam produk kebudayaan tersebut, unsur agama ikut dalam pengalaman agama. Sebaliknya, tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas.

Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Seseorang yang ketika berjumpa saling mengucapkan salam, hormat kepada kedua orang tua, gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Dengan ilmu ini, jiwa seseorang akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Psikolog agama sebagai cabang dari psikologi menyelidiki agama sebagai gejala kejiwaan. Penyelidikan agama sebagai gejala kejiwaan memiliki peran penting mengingat persoalan agama yang paling mendasar adalah persoalan kejiwaan. Manusia meyakini dan mati berserah diri kepada Tuhan. Melakukan upacara keagamaan, berdo’a, rela berkorban dan rela hidupnya dikendalikan oleh norma-norma agama adalah persoalan kejiwaan. Agama dan psikolog memiliki tujuan yang sama, yaitu agar manusia sehat dan cerdas.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari apa yang penulis paparkan di dalam makalah, seluruh uraian di atas mengenai pendekatan-pendekatan dalam memahami agama, tidak hanya cukup dengan membaca ataupun mendengar suatu peristiwa yang kontemporer dari orang lain. Melainkan dengan berupaya untuk berusaha mencari ilmu dan sumbernya telah terbukti kebenarannya. Yaitu dengan melakukan beberapa pendekatan yaitu : pendekatan teologis normative, pendekatan antropologis, pendekatan sosiologis, pendekatan filosofis, pendekatan historis, pendekatan kebudayaan dan pendekatan psikologi.




DAFTAR PUSTAKA

Atang Abd. Hakim. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Nata Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar